Wawancara denga Drs. S. Songgo
(Kepala Badan Kesatuan Bangsa & Linmas Kab. Poso)
Apa sebenarnya kebangsaan? Kita harus punya pemahaman yang sama apa sebenarnya wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan dalam arti sederhana, wawasan itu berasal dari kata wawas yang dalam terjemahan sederhana artinya cara lihat, cara pandang. Tentunya yang kita mau lihat tentang wawasan adalah cara pandang tentang bangsa, sehingga dikatakan wawasan kebangsaan. Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana kita satu persepsi tentang cara pandang bangsa ini.
Menurut catatan sejarah kita merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Berarti kita merdeka baru enam puluh dua tahun, usia yang sebenarnya belum terlalu mantap. Tetapi kalau kita pelajari sejarah, negara kita ini sudah lama ada. Kita pernah dijajah Belanda tiga ratus lima puluh tahun. Berarti Negara kita sudah ada tiga ratus limah puluh tahun lalu. Sebelumnya negara-negara lain juga pernah menjajah kita seperti Spanyol, Portugis. Jadi, negara kita ini bukan enam puluh dua tahun. Negara kita ini sudah lama berdiri bahkan, dalam catatan sejarah Negara kita ini pernah mengalami masa jaya di abad 16 yang di kenal dengan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, dan dunia mencatat itu.
Tetapi mengapa kita baru merdeka enam puluh dua tahun? Dimana sebenarnya letak permasalahannya sehingga kita baru merdeka tahun 1945. Sebenarnya perjuangan kita sudah dilakukan sejak lama terbukti dengan banyaknya pahlawan-pahlawan seperti Sultan Hasanudin dari Makasar, Wolter Mongisidi, Sam Ratulanggi dari Sulawesi Utara dan lain sebagainya. Perjuangan kita banyak menelan korban, tetapi mengapa tidak terwujud satu kemerdekaan? Mengapa kita tidak merdeka? Itu disebabkan karena kita masih berjuang sendiri-sendiri atau kita belum bersatu, dan itu memakan korban yang tidak sedikit. Tetapi saya mau mengatakan bahwa kita bisa mewujudkan kemerdekaan itu.
Tahun 1908 adalah tahun yang sangat berharga bagi bangsa ini yang kita kenal dengan Budi Utomo. Budi utomo adalah tonggak sejarah membangun rasa persatuan dan kesatuan. Budi utomo telah membangun rasa kebangsaan, selanjutnya tahun 1928 yang kita kenal dengan lahirnya Sumpah Pemuda. Isinya sangat sederhana, yakni satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa. Sejarah mencatat bahwa sumpah Pemuda adalah tonggak sejarah membangun persatuan dan kesatuan, membangun rasa kebangsaan. Sumpah Pemuda merupakan integrasi perjuangan dari berbagai organisasi pemuda yang bercirikan kedaerahan yang sebelumnya bergerak relatif terpisah, seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Selebes, dan sebagainya. Sumpah itu menjadi kekuatan yang mempersatukan.
Kenyataan yang ada dalam sejarah mencatat bahwa, ketika rasa kebangsaan itu mulai tumbuh, penjajah mulai goyang, dan pada puncaknya ketika kita mulai membangun rasa kebangsaan itu, pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan dinyatakan. Proklamasi sebenarnya hanya sebuah kalimat sederhana yang ditulis tangan, berbunyi Proklamasi, kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia; Hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya; Jakarta 17 Agustus 1945 atas nama bangsa Indonesia Soekarno-Hatta. Sejarah mencatat proklamasi merupakan tonggak sejarah ketika kita boleh menyatakan rasa persatuan dan kesatuan, maka terwujudlah kemerdekaan yang kita dambakan.
Kalau kita membaca dan mempelajari sejarah bahwa kemerdekaan tidak direbut dengan senjata atau dengan pertandingan dan peperangan, persenjataan. Jika dibandingkan dengan penjajah sangat berbeda jauh. Mereka menggunakan senjata modern sedangkan senjata kita “senjata tunggu dulu”. Kemerdekaan bisa kita wujudkan bukan dengan persenjataan tapi dengan rasa persatuan dan kesatuan, dan yang memiliki rasa persatuan dan kesatuan itu adalah seluruh bangsa Indonesia sehingga tidak ada yang akan mengatakan bahwa perjuangan hanya dilakukan kelompok tertentu atau daerah tertentu atau agama dan suku tertentu, tetapi perjuangan dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia dan seluruh komponen masyarakat dari berbagai latar belakang dan daerah yang berbeda-beda. Itulah sebabnya rasa persatuan dan kebangsaan kita akan tumbuh subur. Jadi rasa kebangsaan yang kita bangun itu karena rasa persatuan yang kuat sehingga tidak ada satupun warga Negara Indonersia yang mengatakan bahwa Negara ini dialah yang membangun.