MERAJUT RASA KEBANGSAAN DI TANA POSO

Wawancara dengan Sofyan Lawento, SH

PPengertian kebangsaan secara sentral, bahwa kebangsaan itu adalah kehidupan kemajemukan masyarakat, yang terdiri dari beragam etnis, budaya ras dan agama, yang tidak lepas dari persatuan dan kesatuan dalam suatu Negara. Selanjutnya melihat situasi lokal di tana Poso, bahwa kehidupan kebangsaan itu jika dilihat dari pengertian kebangsaan tadi dari etnis, ras dan agama setelah paska kerusuhan, itu labil, dalam arti masih ada segelintir orang yang belum mengerti bahwa kebangsaan itu adalah kehidupan sentral yang selalu memupuk kebersamaan dan persatuan.

asca kerusuhan Poso, kehidupan kebangsaan di Tana Poso dan sekitarnya mulai terbina dan tercipta kembali. Namun tidak bisa disangkali pula bahwa melihat keadaan Poso saat ini yang kita lihat sudah mulai aman, tetapi masyarakatnya masih takut. Dari segi aktivitas masyarakat sudah berjalan bagus, juga roda Pemerintahan. Petani sudah dapat bekerja. Tapi dalam kenyataan kehidupan masyarakat masih ada rasa takut, dalam pengertian belum seratus persen aman. Pengertian kebangsaan untuk orang Poso, adalah memperkokoh, persatuan dan kesatuan dalam memupuk kebersamaan, dari berbagai etnis dan suku dalam bingkai Sintuwu Maroso yaitu persatuan yang kuat tanpa memandang dari segi agama, ras dan budaya manapun.

Berbicara mengenai rasa kebangsaan di Tana Poso ada beberapa pihak yang perlu berperan. Pertama dari pihak pemerintah. Nampaknya saat ini upaya memupuk kebersamaan atau semangat kebangsaan itu sudah mulai berjalan lagi seperti terlihat dengan program-program yang ada. Namun program itu sendiri tidak lepoleh terlepas dari dukungan masyarakat untuk turut menciptakan rasa kebangsaan. Maksudnya masyarakat itu sendiri yang harus menyadarinya. Sekalipun Pemerintah memantau dan memfasilitasi keberlangsungannya, tetapi sebenarnya masyarakatlah yang memegang peranan utama agar rasa kebangsaan itu tetap ada dan bertumbuh.
Selanjutnya peran tokoh agama atau tokoh masyarakat dalam proses memelihara rasa kebangsaan. Kita mengambil contoh misalnya dari Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) yang ada di Kabupaten Poso. Peran dari tokoh-tokoh agama itu terlihat nyata dalam kerja sama untuk menjadikan Poso kembali utuh; menjadi yang sintuwu atau persatuan yang kokoh. Antara Pendeta, Imam dan ulama Hindu membentuk suatu forum komunikasi agar setiap ada permasalahan antara satu agama dengan agama lainya bisa diselesaikan.
Peran organisasi pemuda amat penting. Saat kita melihat adanya ke-nyataan bahwa sebagian pemuda masih ada blok-blok kelompoknya. Misalnya antara kaum muda Islam dengan pemuda Kristen belum terlihat betul saling berbagi untuk memupuk persatuan yang benar-benar nyata. Entahlah, apakah ini dipengaruhi oleh segi kepercayaan atau masih trauma dengan konflik. Organisasi pemuda seharusnya memainkan peranan penting dalam merajut rasa kebangsaan menerobos blok-blok yang masih ada dan menciptakan harmoni.
Dalam keberagaman suku, budaya dan agama, rasa kebangsaan di Tana Poso pada dasarnya belum terlihat utuh. Persatuan antara satu suku dan suku yang lain itu, masih sulit untuk diprediksi. Harapan saya sebagai kaum muda yang ada di Kabupaten Poso marilah kita membangun rasa persatuan, dalam pembangunan daerah kita, Kabupaten Poso. Generasi muda adalah tulang punggung bangsa dan Negara, jadi seharusnyalah menjadi tulang punggung pembangunan. Yang terpenting jangan kita lepas dari pedoman dan pandangan hidup kita yaitu Sintuwu Maroso.

KERAGAMAN BUDAYA ADALAH SEBUAH KEKUATAN

Percakapan dengan Tokoh Masyarakat Yahya Mangun

Pada tanggal 17 Agustus 1945. Setiap kelompok etnis itu harus memahami bahwa sesungguhnya Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan itu adalah hasil kerja seluruh kelompok, seluruh etnis, seluruh agama, seluruh kaum. Tidak ada orang Jawa, tidak ada orang Sumatra, tidak ada orang Bali, tidak ada orang Menado, tidak ada orang Bugis, tidak ada orang Ambon, tidak ada orang Pamona, dan seterusnya. Yang harus kita bangun di sini adalah bukan konflik tapi consensus. Kita harus mencari kesepahaman antara satu dengan yang lain, antara etnis ini dengan etnis itu, sehingga melahirkan sesuatu kesepakatan yang kita putuskan bersama dan kita laksanakan bersama secara bertanggung jawab.

Sesungguhnya etnis migran ataupun etnis orang pendatang, maupun etnis lokal, yang didatangi adalah memiliki nilai-nilai budaya sebagai jati diri masing-masing. Dan masing-masing memiliki potensi budaya yang dapat membangun kekuatan bersama. Misalnya etnis Kaili, memiliki nilai budaya antara lain; karosoa, yang berarti persatuan. Nilai persatuan ini bukan hanya orang Kaili, tapi juga ada pada etnis lainnya, sebab kalau tidak akan berantakan. Kedua, moliwu, yang berarti musyawarah, dan yang ketiga adalah sintuvu atau sintuwu artinya gotong-royong. Kemudian noano artinya kejujuran. Saya kira, etnis-etnis yang lain itu juga sama mempunyai budaya serupa. Siapa sih yang tidak suka persatuan? Siapapun dia atau dari etnis manapun juga dia, agama apapun juga dia, tidak ada yang tidak suka dengan persatuan. Demikian juga musyawarah, gotong-royong dan kejujuran.

Contoh kedua, etnis Jawa yang memiliki 4 karakter budaya. Pertama, religius dan ketuhanan; kedua toleransi atau bahasa Sanskerta bhinneka tunggal ika seperti dalam lambang kita yaitu Garuda, itu di ambil dari bahasa atau falsafah Jawa tadi. Kemudian berikutnya kerukunan, keselarasan, dan terakhir mawas diri, atau tepa salira (dibaca tepo seliro)Jadi pada dasarnya tidak ada orang yang tidak mau berketuhanan, bertoleransi, tidak ada orang yang tidak mau kerukunan dan keselarasan atau bermawas diri.

Sedangkan untuk kita To Pamona, juga mempunyai empat: pertama, sintuwu maroso atau persatuan yang menjadi kebanggaan dan pedoman kita; falsafah kita di dalam bergaul, tidak dipilih apakah dia Islam atau Kristen, atau Hindu; kedua molimbu yang artinya bermusyawarah, itulah sebabnya lambang kita daerah ini, baruga. Artinya baruga yaitu tempat bermusyawarah. Kemudian yang ketiga adalah posintuwu, gotong-royong; dan yang keempat adalah katelokandaya atau keterbukaan. Jadi semua etnis apapun di dunia ini semua menginginkan hal seperti yang saya sebutkan di atas tadi.

Olehnya itu, negara kita yang sudah 62 tahun merdeka walaupun ada goncangan-goncangan, tetap tegar berdiri. Seorang manusia Indonesia harus merasa bangga kalau anak buahya lebih pintar atau lebih hebat dari pada dia. Tapi kalau ada pemimpin yang keinginannya terus yang harus diatas maka, suatu ketika bukan hanya pemimpin itu yang mati konyol tapi Negara itu pasti akan bangkrut. Mengapa? Karena kehilangan pemimpin. Jadi sekali lagi apakah itu penduduk migran atau penduduk lokal, itu adalah sebuah kekuatan yang menjadikan Republik ini sehingga dia jaya.


Negara ini dibangun secara bersama-sama. Selanjutnya kita membangun bangsa dan negara ini dalam dan dalam realita yang unik. Kita memiliki warna kulit yang berbeda-beda, suku yang berbeda-beda, agama yang berbeda-beda, dsb. Kebangsaan kita dibangun dalam realita yang unik ini, yang tentu tidak bisa dihapuskan begitu saja. Jika kita menghapusnya maka Negara ini akan hancur. Atau negara harus dibubarkan terlebih dulu. Realita perbedaan yang ada harus dihargai. Kenyataan ini harus kita terima sebagai salah satu anugerah ciptaan Tuhan bagi manusia. Kita tidak bisa melawan kodrat apa yang diberikan Tuhan. Kita harus bersyukur dengan keadaan itu karena memang perbedaan itu adalah kodrat Ilahi. Barang siapa yang ingin meng-ubah kodrat Tuhan berarti dia melawan Tuhan.

Mengapa kita lahir berbeda, dengan bentuk tubuh yang bermacam, dengan wajah yang bermacam-macam, dan sebagainya. Perbedaan membuat kita saling melengkapi. Contoh, Tuhan menciptakan ada siang ada malam dan bagaimana kalau dunia ini hanya siang terus, atau malam terus. Pasti tidak menyenangkan. Demikian pula halnya dengan kita rasanya akan sangat indah jika kita hidup bersama-sama dengan berbagai perbedaan yang ada. Seperti halnya taman bunga atau pelangi. Makin banyak warna makin indah dilihat. Mari melihat Poso seperti taman bunga atau pelangi. Dalam catatan kami di Kesbang etnis yang ada di kabupaten Poso ini ada 28. Kalau kita melihat 28 etnis ini sebagai sesuatu yang menakutkan, maka rasa persatuan dan kesatuan itu kita akan hilang.

Kita hidup dengan berbagai macam suku tidak ada masalah, kita hidup dengan berbagai macam agama tidak ada masalah, mari saya mengajak kita bersama-sama mengkampanyekan perbedaan ini dalam kehidupan kita di Kabupaten Poso ini, maka saya yakin kita tidak perlu menunggu waktu yang terlalu lama untuk Poso ini di pulihkan, tetapi saya yakin jika perbedaan kita jadikan sebuah keindahan mulai saat ini, maka dalam waktu yang dekat Poso ini akan di pulihkan.

PEMUDA PE KOMENTAR

By: Rosnawati (23)

Kalo kita rasa Poso ini merupakan tampa yang sangat menyenangkan, dengan pengalaman yang saya dapat. karna Poso banyak suku – sukunya dan semuanya dapat bersatu dan bergaul di tanah Poso ini, Karna Poso ada kesenian Dero yang merupakan Arti tali Persaudaraan dengan baku gandeng tangan… Yang seperti itu Dank….

By: Aisya (20)

Dengan berkebangsaan orang Poso, saya merasakan jika semakin lama saya tinggal di Kabupaten Poso ini, semakin lama pula saya dapat merasakan apa pentingnya menghargai arti sebuah perbedaan dalam hidup kita. Karena perbedaanlah yang membuat saya tau tentang bagaimana jati diri saya yang sebenarnya

… Ok Dech !!!!!

By: Rafleks Mba'u

Trus trang torang di Poso ini so kurang skali rasa kebangsaan. So tidak seperti dulu. Kalo dulu, ketika ada orang upacara bendera, orang atau kendaraan yang lewat di jalan stop dulu. Selesai kase nae bendera baru lanjut lagi. Jadi perlu pembenahan kembali. Mungkin lebih ditekankan kembali sama generasi mudanya

By: Christina Aso

Menurut saya, rasa kebangsaannya orang-orang di Poso ini so surut. Artinya so te dapa rasa depe segar kaya dulu. Orang so baku cuek so te sadar kalo torang ini sama-sama satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa, satu tampa tinggal yaitu di Poso. Jadi torang ini perlu penyegaran ulang dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya menyatukan ulang torang pe baku cuek ini….dok.

By: Lukman (22)

Saya Sangat Senang menjadi Orang Poso, Karena Poso selain mempunyai kesuburan tanahnya yang bagus dan masyarakatnya yang banyak dan berkehidupan yang harmonis, dan juga mempunyai gaya tarian adatnya (Tarian Dero) yang asik banget dan yang sudah dikenal diseluruh Propinsi Sulawesi Tengah, dan bahkan di luar dari Propinsi ini…. Pokoknya asyik Dech….

By: Mansur (23)

Poso adalah Daerah yang terletak di Tengah Propinsi, bahkan terletak di tengah Kepulauan Indonesia.. Dan disinilah aku dapat mengerti bagaimana cara untuk berbagai rasa antara suku satu dengan lainnya. Sebagaimana yang telah dibahasakan oleh tarian adatnya yang namanya Dero yang artinya saling bersama dan saling menyatu meskipun beda….