PPengertian kebangsaan secara sentral, bahwa kebangsaan itu adalah kehidupan kemajemukan masyarakat, yang terdiri dari beragam etnis, budaya ras dan agama, yang tidak lepas dari persatuan dan kesatuan dalam suatu Negara. Selanjutnya melihat situasi lokal di tana Poso, bahwa kehidupan kebangsaan itu jika dilihat dari pengertian kebangsaan tadi dari etnis, ras dan agama setelah paska kerusuhan, itu labil, dalam arti masih ada segelintir orang yang belum mengerti bahwa kebangsaan itu adalah kehidupan sentral yang selalu memupuk kebersamaan dan persatuan.
asca kerusuhan Poso, kehidupan kebangsaan di Tana Poso dan sekitarnya mulai terbina dan tercipta kembali. Namun tidak bisa disangkali pula bahwa melihat keadaan Poso saat ini yang kita lihat sudah mulai aman, tetapi masyarakatnya masih takut. Dari segi aktivitas masyarakat sudah berjalan bagus, juga roda Pemerintahan. Petani sudah dapat bekerja. Tapi dalam kenyataan kehidupan masyarakat masih ada rasa takut, dalam pengertian belum seratus persen aman. Pengertian kebangsaan untuk orang Poso, adalah memperkokoh, persatuan dan kesatuan dalam memupuk kebersamaan, dari berbagai etnis dan suku dalam bingkai Sintuwu Maroso yaitu persatuan yang kuat tanpa memandang dari segi agama, ras dan budaya manapun.
Berbicara mengenai rasa kebangsaan di Tana Poso ada beberapa pihak yang perlu berperan. Pertama dari pihak pemerintah. Nampaknya saat ini upaya memupuk kebersamaan atau semangat kebangsaan itu sudah mulai berjalan lagi seperti terlihat dengan program-program yang ada. Namun program itu sendiri tidak lepoleh terlepas dari dukungan masyarakat untuk turut menciptakan rasa kebangsaan. Maksudnya masyarakat itu sendiri yang harus menyadarinya. Sekalipun Pemerintah memantau dan memfasilitasi keberlangsungannya, tetapi sebenarnya masyarakatlah yang memegang peranan utama agar rasa kebangsaan itu tetap ada dan bertumbuh.
Selanjutnya peran tokoh agama atau tokoh masyarakat dalam proses memelihara rasa kebangsaan. Kita mengambil contoh misalnya dari Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) yang ada di Kabupaten Poso. Peran dari tokoh-tokoh agama itu terlihat nyata dalam kerja sama untuk menjadikan Poso kembali utuh; menjadi yang sintuwu atau persatuan yang kokoh. Antara Pendeta, Imam dan ulama Hindu membentuk suatu forum komunikasi agar setiap ada permasalahan antara satu agama dengan agama lainya bisa diselesaikan.
Peran organisasi pemuda amat penting. Saat kita melihat adanya ke-nyataan bahwa sebagian pemuda masih ada blok-blok kelompoknya. Misalnya antara kaum muda Islam dengan pemuda Kristen belum terlihat betul saling berbagi untuk memupuk persatuan yang benar-benar nyata. Entahlah, apakah ini dipengaruhi oleh segi kepercayaan atau masih trauma dengan konflik. Organisasi pemuda seharusnya memainkan peranan penting dalam merajut rasa kebangsaan menerobos blok-blok yang masih ada dan menciptakan harmoni.
Dalam keberagaman suku, budaya dan agama, rasa kebangsaan di Tana Poso pada dasarnya belum terlihat utuh. Persatuan antara satu suku dan suku yang lain itu, masih sulit untuk diprediksi. Harapan saya sebagai kaum muda yang ada di Kabupaten Poso marilah kita membangun rasa persatuan, dalam pembangunan daerah kita, Kabupaten Poso. Generasi muda adalah tulang punggung bangsa dan Negara, jadi seharusnyalah menjadi tulang punggung pembangunan. Yang terpenting jangan kita lepas dari pedoman dan pandangan hidup kita yaitu Sintuwu Maroso.